“Puasa intermiten kontras dengan pola makan normal bagi kebanyakan orang yang makan sepanjang waktu mereka terjaga,” kata Mattson.
“Jika seseorang makan tiga kali sehari, ditambah camilan, dan mereka tidak berolahraga, maka setiap kali mereka makan, mereka memasukkan kalori tersebut ke dalam tubuh dan tidak membakar simpanan lemak.”
Puasa intermiten bekerja dengan memperpanjang periode ketika tubuh Anda membakar kalori yang dikonsumsi selama makan terakhir dan mulai membakar lemak.
Merencanakan intermittent fasting
Ada baiknya, sebelum memulai puasa intermiten kamu berkonsultasi dulu ke dokter. Jika oke, kamu bisa memulainya dengan langkah sederhana.
Kamu hanya bisa makan selama enam hingga delapan jam setiap hari. Misalnya, kamu melakukan puasa 16/8: makan selama delapan jam dan puasa selama 16 jam.
Cara lain adalah 5:2, yaitu makan secara teratur lima hari seminggu dan dua hari lainnya, Anda membatasi diri pada satu kali makan 500–600 kalori.
Cara lain lagi kamu makan normal setiap hari dalam seminggu, tapi pas Senin – Kamis kamu hanya makan 1 kali sehari.
Ingat, puasa lebih lama, seperti 24, 36, 48, dan 72 jam, belum tentu lebih baik bagi Anda, dan mungkin berbahaya. Terlalu lama tidak makan justru mendorong tubuh menyimpan lebih banyak lemak untuk mengantisipasi kelaparan.
Penelitian Mattson menunjukkan bahwa diperlukan waktu dua hingga empat minggu sebelum tubuh terbiasa dengan puasa intermiten.
Kamu mungkin merasa lapar atau rewel saat mulai terbiasa dengan rutinitas baru.
Namun, menurut pengamatannya, subjek penelitian yang berhasil melewati masa penyesuaian cenderung tetap mengikuti rencana karena merasa merasa lebih baik.