Menu
Catch The Dream

Mengapa Petani Temanggung Tetap Tanam Tembakau meski Berkali-kali Rugi? 

  • Bagikan
Petani tembakau
petani tembakau (anadolu agency)

GROOVE.CO.IDBerkali-kali pemerintah menaikkan cukai tembakau, namun ternyata petani-petani di Temanggung, Jawa Tengah belum juga sejahtera, tapi mengapa mereka tetap menanam komoditas tersebut?

Pada APBN 2023, target pendapatan dari total cukai sebesar Rp245,5 triliun.

Sedangkan khusus untuk hasil tembakau RpRp232,5 triliun. Hingga semester I/2023 ini, pendapatan cukai tembakau sudah mencapai Rp218,1 triliun atau 93,8 persen dari target, ini uang besar dan gampang mendapatkannya.

Tapi penelitian Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) bidang Riset Sosial Humaniora Universitas Gadjah Mada (UGM) menemukan bahwa kesejahteraan petani tembakau sebagai produsen bahan baku rokok tidak sebanding dengan kontribusinya pada pendapatan negara dari cukai.

Namun masyarakat petani tetap menanam meski ada alternatif komoditas pertanian lain, seperti kopi. Inilah yang unik, ternyata ada nilai-nilai khusus yang dianut masyarakat Temanggung, atau petani tembakau sehingga mereka tetap menanam komoditas tersebut.

Salah satu anggota tim peneliti Abdila, mahasiswa jurusan sejarah UGM, mengatakan di kalangan masyarakat ada kepercayaan bahwa tembakau adalah tanaman yang mendatangkan kesejahteraan.

Petani menjemur tembakau
Petani menjemur tembakau. (Foto Anadolu Agency)

Sehingga tembakau juga disebut juga “emas hijau” atau “tanaman para wali”.  Masyarakat petani tembakau juga melakukan berbagai praktik ritual dalam proses penanaman tembakau dengan harapan agar hasilnya lebih maksimal dengan berkah dari yang maha kuasa.

“Jeratan tengkulak dan dan keterlibatan golongan China di wilayah ini ikut membentuk mitos-mitos tembakau di wilayah ini,” ujar Abdila dalam siaran pers yang diterima Groove.co.id

Selain Abdillah, penelitian ini juga dilakukan oleh Wahyu Lestariningsih (Antropologi Budaya 2020), Devina Savana Putri (Ilmu Ekonomi  2021), dan Ana Fitro Tunnisa (Pembangunan Sosial dan Kesejahteraan (2022). Pendampingnya adalah Hempri Suyatna,  dengan judul “Antara Kemiskinan dan Mitos Ngalap Berkah: Kontradiksi Persepsi Kesejahteraan Petani Tembakau Temanggung.”

Baca juga :  TikTok Shop Dilarang, 6 Juta Penjual Diklaim Bisa Rugi

Pada dasarnya, banyak hal-hal yang membuat komoditas ini tidak begitu menguntungkan bagi petani. Salah satunya adalah harga jual yang tidak bisa diprediksi.

Seperti halnya komoditas pertanian lain, para petani memang tidak punya kuasa untuk menentukan harga jual, semua tergantung pasar.

Selain itu tembakau adalah jenis tanaman yang sangat tergantung pada cuaca cuaca ekstrim agar bisa menghasilkan kualitas yang baik dan gagal panen. Selain itu para petani tembakau juga menghadapi mahalnya harga pupuk karena subsidi dihentikan pemerintah.

“Para petani biasanya utang ke tengkulak dengan beban bunga yang sangat besar, hingga 50 persen. Sistem ini dipedesaan disebut ngelimolasi atau pinjam 10 bayar 15,” jelasnya.

Menurut para peneliti, setiap tahun petani berharap panen tembakau bagus dan harga jualnya juga tinggi. Itu yang membuat para petani tetap menanam tembakau tiap musim tanam.

Peneliti lain, yaitu Wahyu Lestariningsih mengatakan para petani juga menganggap tembakau sebagai berkah yang menuntut mereka untuk selalu tabah.

Baca juga berita kami di:

icon google news icon telegram

Download Aplikasi :

icon playstore
  • Bagikan